Di Balik Kayu Gelondongan Sumatera: Dari Pabrik hingga Banjir Bandang

Setiap hari, ribuan batang kayu gelondongan keluar dari hutan-hutan Sumatera. Kayu-kayu besar itu bukan sekadar potongan pohon, melainkan hutan yang pernah hidup, menyimpan air, menjaga tanah, dan menjadi rumah bagi satwa liar. Dalam praktiknya, sebagian besar kayu gelondongan tersebut digunakan sebagai bahan baku industri besar: pulp dan kertas, kemasan, bahan bangunan, furnitur, hingga energi biomassa. Kertas yang kita gunakan setiap hari, kardus pembungkus belanja online, tisu, hingga kantong kertas yang sering dianggap “ramah lingkungan”, semuanya berpotensi berasal dari batang-batang pohon yang ditebang dari hutan Sumatera. Ketika penebangan berlangsung masif dan tidak terkendali, fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan pun perlahan hilang.

Dampaknya kini kita rasakan bersama: banjir bandang yang membawa gelondongan kayu, longsor yang menelan pemukiman, air sungai yang keruh, dan hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar hutan. Bencana itu bukan semata musibah alam, melainkan konsekuensi dari pilihan manusia sendiri. Setiap kali kita boros menggunakan kertas, memilih kemasan sekali pakai, atau abai terhadap sumber bahan baku suatu produk, kita turut mendorong mesin penebangan itu terus berputar. Sudah saatnya kita lebih bijak: mengurangi konsumsi berbahan kayu, memilih produk daur ulang, menggunakan kembali kemasan, dan mendukung industri yang benar-benar berkelanjutan. Karena sejatinya, menyelamatkan hutan berarti menyelamatkan masa depan kita sendiri.